Headlines News :
Home » » AGH ABDUL MALIK MUHAMMAD

AGH ABDUL MALIK MUHAMMAD

Written By Unknown on Rabu, 06 Maret 2013 | 23.19

Menjauhkan Umat dari Takhayul dan Animisme
Kabupaten Wajo sejak dulu dikenal sebagai daerah tempat lahirnya para ulama.Salah satu ulama besar yang lahir di daerah ini adalah AGH Abdul Malik. Ulama karismatik ini merupakan pemimpin kelima di Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang.

Dia menjadi pengendali pesantren yang telah mencetak ribuan ulama tersebut selama kurang lebih 15 tahun,yakni dari 1986-2000. Di kalangan masyarakat Sulsel,khususnya Wajo,nama AGH Abdul Malik disejajarkan dengan dua ulama besar pendahulunya, yakni pendiri Pesantren As’adiyah AGH Muhammad As’ad,dan AGH Yunus Martan.

Kiprahnya dalam mengembangkan Islam banyak memberikan inspirasi sehingga diteladani masyarakat,terutama di daerah kelahirannya,Belawa, Wajo. Tokoh yang lahir di Wajo pada 1922 ini dikenal berjasa memurnikan kembali aqidah umat Islam yang masih akrab dengan animisme. Diketahui,pengaruh animisme di sebagian masyarakat Wajo masih melekat kuat kendati ajaran Islam telah dipeluk masyarakat setempat sejak berpuluh tahun lamanya.

Jejak-jejak animisme tersebut antara lain tampak pada perilaku mengeramatkan benda-benda mati. Tokoh agama Wajo,Idris Panaungi mengatakan,AGH Abdul Malik dikenal masyarakat sebagai ulama yang kukuh memerangi kepercayaan takhayul itu.Dia menceritakan,beberapa puluh tahun silam warga Belawa masih memercayai adanya sumur keramat pada sebuah masjid yang ada di daerah itu.Air sumur tersebut kerap diambil warga untuk berbagai keperluan yang sifatnya berbau mistik,seperti untuk keperluan pengobatan dan memudahkan mendapatkan jodoh.

Dengan keberanian dan kepercayaan yang dimilikinya, AGH Malik memutuskan menutup sumur itu untuk menjauhkan umat dari kepercayaan yang bersifat sesat. AGH Abdul Malik yang oleh masyarakat Wajo lebih dikenal dengan sebutan Gurutta Malik,lahir di Timoreng,Desa Limpo Rilau, Kecamatan Belawa.Dia meninggal dunia di Makassar pada 24 Juni 2000 di usia 78 tahun dan dimakamkan di tanah kelahirannya.

Seperti banyak ulama besar lainnya,AGH Malik mengenal ilmu agama sejak kecil.Adalah ayahnya, Muhammad,yang mengenalkannya dengan ilmu agama sejak dia berusia belia. Sebelum mengenyam pendidikan formal di sekolah,ayahnya lebih dulu mengajarkannya cara mengaji.Ayahnya juga seorang tokoh agama dan tokoh masyarakat yang cukup disegani di Belawa pada waktu itu.Ibunya bernama Muhana yang sejak muda aktif menggelar pengajian di kampungnya. Abdul Malik kecil tergolong cerdas dan mudah memahami pelajaran.

Di bawah bimbingan orang tuanya, dia mampu membaca Alquran dengan lancar hanya dalam kurun waktu tiga bulan. Pendidikan formalnya dimulai di Perguruan Muhammadiyah pada 1930- 1934.Setamat sekolah,dia kembali berguru pada sejumlah ulama yang ada di Belawa waktu itu.”Sejak kecil beliau telah memperlihatkan tanda-tanda akan menjadi ulama besar karena keuletan dan ketekunannya dalam membaca Alquran,”kata Idris Panaungi.

Ilmu agama yang diperolehnya saat itu tidak lantas membuat Abdul Malik merasa puas. Keinginannya untuk mendalami Islam terus bergolak.Pada suatu ketika, dia mendengar kabar bahwa di Sengkang ada ulama besar keturunan Bugis yang datang dari Mekkah dan membuka pengajian khalaf.Ulama yang dimaksud tak lain AGH Muhammad As’ad,pendiri Pesantren As’adiyah.

Abd Malik pun memohon restu dari orang tuanya untuk meninggalkan kampung halamannya menuju Sengkang untuk melanjutkan pendidikan di Madrasah al- Arabiyyah al-Islamiyah (MAI). Madrasah yang berdiri pada 1928 inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang. Abdul Malik dikenal sebagai santri yang giat belajar.

Dia menimba ilmu selama lima tahun di pesantren ini,yakni pada 1940-1941.Meski masih berstatus santri,dia sudah dipercaya menjadi guru bantu.Berbekal pengalaman sebagai guru bantu ini,dia kemudian kembali ke kampung halamannya di Belawa.Abdul Malik diberi amanah menjadi kepala MAI Cabang Belawa yang sukses dia kembangkan. Pada 1947,dia diangkat menjadi kadi atau hakim yang membuat keputusan berdasarkan syariat Islam.

Meski menjabat kadi,Abd Malik tetap menjalankan tugas sebagai kepala MAI Belawa. Dia juga berperan besar dalam melakukan perluasan Masjid Jami Belawa sehingga setiap Ramadan masjid tersebut ramai di kunjungi masyarakat dari luar Wajo, antara lain dari Bone, Soppeng dan Sidrap bahkan ada dari luar pulau sulawesi. Semasa hidup,AGH Abd Malik dikenal  sederhana arif ,dan  bijaksana dalam bertindak. Dia adalah sosok ulama yang sangat tawaddu.

Dia mampu mengembangkan aqidah Islam secara murni sesuai dengan tuntunan Alquran dan hadis. Pendekatannya dalam mengubah kepercayaan masyarakat yang berbau animisme, dilakukan sedikit demi demi sedikit dengan lemah lembut. Atas sikapnya itu dia dikenang sebagai salah satu ulama yang mampu membumikan nilai-nilai Islam di Wajo. (*) JUMARDI N
Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | BELAWA | KIBAR
Copyright © 2011. KIBAR BELAWA TOSAGENAE - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by TOSAGENAE
Proudly powered by Blogger