"Borobudur ini menjadi simbol yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. Melalui pendekatan ini menjadi simbol mendorong semangat kebangkitan itu
sendiri," kata penulis buku Borobudur dan Peninggalan Nabi Sulaiman, KH Fahmi Basya, dalam seminar bertema Titik balik sejarah Borobudur di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (6/4).
Seminar tersebut mengupas mengenai buku karya ahli matematika Islam itu yang sempat menimbulkan pro dan kontra. Di luar dari pro dan kontra tersebut, menurut Fahmi Basya, temuan ini menunjukkan bahwa Indonesia yang dikenal dengan Nusantara ialah negeri yang thoyyiban (baik) seperti juga surga yang dikatakan tempat yang thoyyiban.
"Satu-satunya negeri yang disebut toyyiban di dalam Alquran ialah negeri Saba yang dikatakan, 'Negerimu adalah negeri yang thoyyiban dari Rabb
yang Ghafuur' dalam Alquran Surat 34:15. Tidak kebetulan kita semua ditakdirkan lahir dan besar di tanah surga," kata Fahmi.
Temuan Candi Borobudur merupakan peninggalan Nabi Sulaiman diungkapkan Fahmi Basya melalui penelitian selama 35 tahun. Temuan yang tidak berdiri sendiri itu berdasarkan fakta-fakta eksak melalui pendekatan sains Alquran.
Melalui hitungan matematika Islam dan sains Alquran yang dipahami, Fahmi Basya memaparkan 40 fakta-fakta eksak daya jelajah para nabi yang ternyata sampai ke Nusantara.
Melalui temuan itu, ia ingin membangunkan bangsa Indonesia yang saat ini sedang tidur panjang dan masih bersikap inferior dan rendah diri di hadapan bangsa-bangsa lain. "Bangsa Indonesia harus mampu berdiri tegak menatap masa depan, karena telah ditakdirkan dan dipilih untuk mewariskan negeri yang besar," katanya.
Sejak diterbitkan Agustus 2012, buku Borobudur dan Peninggalan Nabi Sulaiman terjual sebanyak 7.500 eksemplar di seluruh Indonesia. "Borobudur adalah monumen kebangkitan yang mampu menyatukan seluruh komponen negeri ini saling rangkul dan bersatu," katanya.
Posting Komentar