Pola Makan Tak Sehat Bikin Bad Mood
Makin Tak Karuan
Saat stres, sejumlah orang akan melampiaskan 'kekesalannya' pada makanan,
terutama makanan tak sehat seperti junk food. Tapi sebuah studi baru mengungkap
bahwa pada wanita kebiasaan makan yang tak sehat itu justru semakin memperburuk
suasana hatinya.
"Dalam studi itu dipaparkan bahwa mahasiswi yang makan makanan tak sehat atau makan di jam-jam yang tak sesuai dengan pola yang seharusnya dilaporkan mood-nya makin memburuk, terutama pada mahasiswi yang peduli terhadap pola dan perilaku makannya," ungkap salah satu peneliti Kristin Heron dari Survey Research Center, Selasa (19/3/2013).
"Sebenarnya memang ada perubahan mood tepat setelah seseorang menunjukkan perilaku makan tak sehat tapi kadarnya kecil. Hanya saja, mood negatif terlihat lebih tinggi secara signifikan setelah munculnya perilaku tersebut," lanjutnya.
Menurut peneliti, orang yang mengalami gangguan pola makan bisa jadi memperlihatkan sejumlah perilaku seperti binge eating (nafsu makan yang sulit dikendalikan hingga seseorang dapat mengonsumsi makanan secara berlebihan pada satu waktu), kehilangan kontrol saat makan atau sebaliknya pembatasan asupan makan.
Sementara mood negatif makin memburuk setelah pola makan tak sehat, mood positif justru tidak mengalami perubahan, baik sebelum atau setelah perilaku tersebut dipelajari oleh peneliti.
Data diambil dengan cara peneliti memberikan sebuah perangkat komputer genggam kepada 131 wanita yang memiliki kebiasaan makan tak sehat dengan kadar tinggi namun peduli terhadap bentuk tubuh dan berat badannya, hanya saja tak mengidap gangguan makan.
Beberapa kali dalam sehari, perangkat itu mendorong partiispan untuk menjawab sejumlah pertanyaan tentang kondisi suasana hati (mood) dan perilaku makannya. "Selama ini yang kami ketahui tentang mood dan perilaku makan itu hanya dari studi-studi yang mempelajari pasien gangguan makan atau studi laboratorium," kata Heron seperti dilansir dari medindia, Senin (18/3/2013).
"Kami pun tertarik untuk mempelajari wanita biasa untuk melihat apakah perubahan mood itu terjadi sebelum atau setelah mereka terlibat dalam pola makan yang tak sehat tersebut," lanjutnya.
Peneliti lain, Joshua Smyth pun mengungkap bahwa studi ini bisa jadi memberikan petunjuk untuk menciptakan program penanganan orang-orang yang bermasalah dengan pola makan dan berat badannya secara lebih baik.
"Studi ini unik karena dapat mengevaluasi mood dan perilaku makan orang-orang dalam keseharian mereka sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai hubungan antara emosi dan aktivitas makan seseorang," pungkasnya. (Det.s/KBT bamba)
"Dalam studi itu dipaparkan bahwa mahasiswi yang makan makanan tak sehat atau makan di jam-jam yang tak sesuai dengan pola yang seharusnya dilaporkan mood-nya makin memburuk, terutama pada mahasiswi yang peduli terhadap pola dan perilaku makannya," ungkap salah satu peneliti Kristin Heron dari Survey Research Center, Selasa (19/3/2013).
"Sebenarnya memang ada perubahan mood tepat setelah seseorang menunjukkan perilaku makan tak sehat tapi kadarnya kecil. Hanya saja, mood negatif terlihat lebih tinggi secara signifikan setelah munculnya perilaku tersebut," lanjutnya.
Menurut peneliti, orang yang mengalami gangguan pola makan bisa jadi memperlihatkan sejumlah perilaku seperti binge eating (nafsu makan yang sulit dikendalikan hingga seseorang dapat mengonsumsi makanan secara berlebihan pada satu waktu), kehilangan kontrol saat makan atau sebaliknya pembatasan asupan makan.
Sementara mood negatif makin memburuk setelah pola makan tak sehat, mood positif justru tidak mengalami perubahan, baik sebelum atau setelah perilaku tersebut dipelajari oleh peneliti.
Data diambil dengan cara peneliti memberikan sebuah perangkat komputer genggam kepada 131 wanita yang memiliki kebiasaan makan tak sehat dengan kadar tinggi namun peduli terhadap bentuk tubuh dan berat badannya, hanya saja tak mengidap gangguan makan.
Beberapa kali dalam sehari, perangkat itu mendorong partiispan untuk menjawab sejumlah pertanyaan tentang kondisi suasana hati (mood) dan perilaku makannya. "Selama ini yang kami ketahui tentang mood dan perilaku makan itu hanya dari studi-studi yang mempelajari pasien gangguan makan atau studi laboratorium," kata Heron seperti dilansir dari medindia, Senin (18/3/2013).
"Kami pun tertarik untuk mempelajari wanita biasa untuk melihat apakah perubahan mood itu terjadi sebelum atau setelah mereka terlibat dalam pola makan yang tak sehat tersebut," lanjutnya.
Peneliti lain, Joshua Smyth pun mengungkap bahwa studi ini bisa jadi memberikan petunjuk untuk menciptakan program penanganan orang-orang yang bermasalah dengan pola makan dan berat badannya secara lebih baik.
"Studi ini unik karena dapat mengevaluasi mood dan perilaku makan orang-orang dalam keseharian mereka sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai hubungan antara emosi dan aktivitas makan seseorang," pungkasnya. (Det.s/KBT bamba)
Posting Komentar