Setelah empat bulan kisruh perihal dapodik yang bermasalah, akhirnya banyak guru mulai pasrah. Selama ini mereka telah bersusah payah mencari tambahan jam di sekolah lain untuk mencukupi tuntutan 24 jam. Setelah melaksanakan tugas di dua sekolah yang berbeda, server dapodik pusat tidak cukup pintar membacanya. Data yang masuk hanya di sekolah induk. Yah, kalau memang tidak terima sertifikasi gara-gara dapodik tidak terbaca, apa boleh buat. Yang penting kita laksanakan tugas dengan baik, Tuhan Maha Melihat, demikian mereka menghibur diri.
Pengelola dapodik di Dinas Pendidikan Kab/Kota pun selalu menyampaikan
pada guru-guru agar bersabar. Setelah mengapload data ke dapodik pusat
tunggu saja satu dua bulan, pasti akan terbaca, katanya. Namun berita
santer bahwa guru yang bermasalah dapodiknya tidak akan dibayar
tunjangan sertifikasinya, membuat banyak guru tidak bisa bersabar.
Mereka membayangkan bakal kehilangan penghasilan tambahan yang cukup
besar. Bahkan terangkatnya martabat guru di mata masyarakat karena
adanya sertifikasi ini.
Pak Muh. Tang yang sehari-hari mengajar IPS tetap melaksanakan tugas
dengan baik. Menurutnya, bukanlah pemerintah yang bayar upah kita,
tetapi Tuhan. Ketika banyak guru yang galau bin stress, Pak Tang justru
tenang-tenang saja. Dalam hati beliau berkata, “hai dapodik, tipulah
orang selain diriku. Saya mengajar bukan karena sertifikasi, tetapi
karena melaksanakan amanah. Tuhan tidak akan pernah menahan apa yang
menjadi hak hamba-hamba-Nya.”
Akhirnya kesabaran Pak Tang ini tidak sia-sia. Dua hari yang lalu beliau
menerima sms dari temannya bahwa dapodiknya sudah masuk. Dia membalas
dengan singkat, “alhamdulillah”. Bagi Pak Tang, berita gembira atau
musibah, selalu dikembalikan pada Sang Maha Pencipta. Beliau adalah
sosok guru yang patut ditiru dan digugu.
Posting Komentar